PENDIDIKAN DI INDONESIA MENGALAMI DOWNGRADE
oleh : MUHAMMAD SUJA'I
Di jantung negara kepulauan yang luas ini, pendidikan seharusnya menjadi pondasi utama untuk mencetak generasi masa depan yang cemerlang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sistem pendidikannya. Berbagai laporan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di tanah air mengalami penurunan, dan beberapa faktor utama menjadi penyebabnya.
Salah satu perubahan besar yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah penghapusan ujian nasional. Ujian ini dulu berfungsi sebagai salah satu filter penting untuk menilai kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Tanpa adanya ujian nasional, sebagian besar siswa kehilangan salah satu motivasi utama mereka untuk belajar dengan giat. Ujian ini bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga memberikan dorongan bagi siswa untuk memperbaiki kemampuan akademis mereka dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan.
Tanpa ujian nasional, siswa mulai menunjukkan kurangnya kesadaran tentang nilai pendidikan. Banyak yang merasa bahwa tidak ada lagi 'penilaian resmi' yang dapat memotivasi mereka untuk belajar dengan tekun. Akibatnya, kesadaran mengenai pentingnya pendidikan menurun drastis. Dalam survei terbaru, ditemukan bahwa sekitar 40% siswa menganggap bahwa hasil akademis mereka tidak lagi menentukan masa depan mereka secara signifikan. Hal ini berdampak langsung pada sikap mereka terhadap pembelajaran, menyebabkan penurunan motivasi dan keseriusan dalam studi mereka.
Kemerosotan ini juga disertai dengan peningkatan kenakalan remaja. Dengan berkurangnya pengawasan dan motivasi untuk belajar, sejumlah remaja mulai terlibat dalam perilaku negatif seperti tawuran, penggunaan narkoba, dan aktivitas kriminal lainnya. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja mengalami peningkatan sebesar 15% dalam lima tahun terakhir. Kenakalan remaja ini berakar pada ketidakpuasan dan kurangnya arahan yang jelas dalam hidup mereka, yang seharusnya bisa diatasi melalui pendidikan yang baik.
Lebih lanjut, ketergantungan pada teknologi dan permainan online juga turut menyumbang pada penurunan kualitas pendidikan. Banyak siswa lebih memilih menghabiskan waktu mereka bermain game online daripada belajar. Menurut laporan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, waktu yang dihabiskan siswa untuk bermain game online meningkat sekitar 25% dalam dua tahun terakhir. Ini mengindikasikan bahwa hiburan digital mulai menggeser perhatian mereka dari pendidikan formal.
Perlindungan anak juga menjadi perhatian penting dalam konteks ini. Meski perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan dan bullying semakin ditingkatkan, kenyataannya, perlindungan ini seringkali tidak diimbangi dengan pendekatan pendidikan yang efektif. Keberadaan bullying dan kekerasan di sekolah, meskipun mendapatkan perhatian, tetap mempengaruhi suasana belajar yang kondusif. Banyak siswa merasa tidak aman di lingkungan sekolah mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi performa akademis mereka.
Fakta-fakta ini membentuk gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi sistem pendidikan Indonesia saat ini. Upaya untuk memperbaiki situasi ini memerlukan pendekatan multifaset, mulai dari peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan, pengawasan yang lebih baik, serta peran aktif dari keluarga dan masyarakat dalam mendukung pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang baik bukan hanya tentang kurikulum dan materi ajar, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung, aman, dan memotivasi siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Jika tidak ada perubahan signifikan dalam cara kita menangani masalah ini, masa depan pendidikan di Indonesia mungkin akan menghadapi tantangan yang semakin besar. Oleh karena itu, saatnya untuk berfokus pada solusi yang dapat membawa kembali kualitas pendidikan ke jalur yang tepat dan menciptakan generasi masa depan yang lebih cemerlang.